Rabu, 29 Oktober 2014

Subhanallah...

Rahim ibu yang sedang mengandung akan
mengembang 500 kali lipat dari ukuran normal
untuk menampung kandungannya.

Darah yang hilang melalui proses kelahiran normal
adalah 500ml.
 Ini sama dengan setengah liter.

Badan manusia hanya mampu menanggung rasa
sakit hingga 45 Del. 

Tetapi selama bersalin ibu
akan mengalami hingga 57 Del, sama dengan rasa
sakit akibat 20 tulang yang patah bersamaan.

Ibu bersalin akan mendapat pahala yang sama
besarnya dengana 70 tahun shalat dan puasa.

Setiap kesakitan pada satu uratnya, Allah
hadiahkan bagi Ibu yang melahirkan pahala
menunaikan haji.

Apabila seseorang perempuan merasakan sakit
karena akan melahirkan, maka Allah s.w.t.
mencatat baginya pahala orang yang berjihad
pada jalan Allah s.w.t.

Apabila seseorang perempuan melahirkan anak,
keluarlah dosa-dosa dari dirinya seperti keadaan
ibunya melahirkannya.

♥ Ayo sebarkan untuk kebaikan bersama Bunda ...

Rahim ibu yang sedang mengandung akan
mengembang 500 kali lipat dari ukuran normal
untuk menampung kandungannya.

Darah yang hilang melalui proses kelahiran normal
adalah 500ml. Ini sama dengan setengah liter.

Badan manusia hanya mampu menanggung rasa
sakit hingga 45 Del.Tetapi selama bersalin ibu
akan mengalami hingga 57 Del, sama dengan rasa
sakit akibat 20 tulang yang patah bersamaan.

Ibu bersalin akan mendapat pahala yang sama
besarnya dengana 70 tahun shalat dan puasa.
Setiap kesakitan pada satu uratnya, Allah
hadiahkan bagi Ibu yang melahirkan pahala
menunaikan haji.

Apabila seseorang perempuan merasakan sakit
karena akan melahirkan, maka Allah s.w.t.
mencatat baginya pahala orang yang berjihad
pada jalan Allah s.w.t.

Apabila seorang perempuan melahirkan anak,
keluarlah dosa-dosa dari dirinya seperti keadaan
ibunya melahirkannya.
#hanyadenganizinAllah

----BUAH HATI 354

Selasa, 28 Oktober 2014

(Tak) Selamanya Berbagi Kebahagiaan itu Indah



 

Setiap orang di dunia pasti mendambakan kebahagiaan. Terkadang bagi sebagian orang, kebahagiaan  yang dirasakannya itu ingin dibagi dengan orang lain. Berbagi kebahagiaan tak ubahnya seperti menuang air ke dalam wadah. Harus paham betul apa isi wadah itu sebelumnya. Atau wadah itu sudah benar-benar bersih. Jika tidak, kita mungkin akan terperdaya, menganggap air yang tertuang itu akan sama. Padahal berbeda. Karena yang sama hanya warnanya. Sementara rasanya beda.

Sama halnya ketika membuat status2 di dunia maya. Misalnya saja facebook. Maksud hati ingin membagi apa yang tengah dirasa (red.kebahagiaan). Namun (mungkin) tak terpikirkan audiens ”penikmat” status tersebut. Bagaimana perasaan mereka, pemahaman mereka, cara pandang mereka, dan seterusnya terhadap status itu. Akan berbeda-beda pastinya tanggapan mereka. Ada yang positif, ada yang negatif. Positif, alhamdulillah.., negatif,....??? Wallahu a’lam..

Status-status bernuansa romantis (cinta-cintaan) -- khusus bagi yang sudah ”halal”--, baik tulisan ataupun prilaku -- antara mereka berdua--, selaiknya hanya untuk konsumsi pribadi saja. Bukan berarti hal itu salah. Hanya saja ”wadah penampungnya” yang perlu diperhatikan dengan lebih bijak. Sebab, salah-salah, ”air yang dituang ke dalam wadah, bisa jadi menambah kobaran ketika disiramkan ke api, karena  ternyata wadah adalah tempat minyak tanah”. Atau setidaknya mengacaukan pola masing-masing unsur tersebut.

Itu sedikit analogi terhadap kondisi yang akhir-akhir ini sering terlihat oleh saya. Seseorang yang (mungkin) awalnya bermaksud hanya ingin berbagi sebentuk kebahagiaan yang tengah mereka rasakan ketika itu, namun sepertinya (mungkin) terlupa bahwa tempat mereka membagi kebahagiaan itu bukanlah pilihan yang bijak. Apa pasal?? Bisa jadi tempat itu adalah tempat umum, yang bahkan audiensnya (mungkin) belum bisa menerima dan mencerna dengan baik sesuai dengan perasaan, pemahaman serta kondisi dan cara pandang pribadinya tentang apa arti kebahagiaan dari orang yang mem-posting status tersebut. 


Oke, saya lebih perjelas lagi. Pasangan-pasangan yang telah menikah. Pada awal-awal masa pernikahannya, mereka cendrung mengungkapkan apa perasaannya, kegiatannya, pergi kemana, sedang apa dan seterusnya, lengkap dengan dokumentasinya bersama pasangannya. Manusiawi, dan fitrahnya juga memang demikian adanya. Namun terkadang perlu ditinjau ulang kembali, apakah hal tersebut perlu diketahui oleh orang di seluruh dunia..?? Khusus bagi muslim dan muslimah, tidak seluruhnya dari diri kita yang bisa kita bagi kepada khalayak ramai. Ada hal-hal yang perlu dijaga dan dipertimbangkan. Bagaimana dengan saudara2 kita yang belum menemukan pelabuhan cintanya..?? Bagaimana dengan adik-adik kita yang belum sepantasnya memikirkan tentang cinta lawan jenis..?? Alhamdulillah jika itu menjadi motivasi (lebih baik), namun na’udzubillah ketika itu menjadi obsesi yang berlebihan.

Lantas apakah itu salah..?? Memang sebenarnya semua kembali lagi pada niat. Bagi yang mengumbar, niatnya hanya ingin mencurahkan rasa dan kebahagiaannya. Bagi yang melihat, Allahu a’lam... Hanya Allah SWT yang tahu niatnya seperti apa.. :) :)

Mari jaga kesucian cinta dan ukhuwah dengan cara yang lebih baik dan bijaksana. Seperti yang dituliskan Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin, Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah,”.

Semoga berkah yang dilimpahkan Allah SWT tak tercemar dengan yang lainnya. Seluruh hidup kita untuk yang baik,  kuliah kita untuk yang baik, nikahnya kita untuk yang baik, makannya kita untuk yang baik. Semua  kebaikan terangkum dalam barokah.  Dari mana? Dari langit dan dari bumi. Seperti yang tercantum dalam surah al-A’raaf ayat 96, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
 
 ------

Rabu, 08 Oktober 2014

Tentang Rasa Ketika Itu

Ada hal yang bisa dibagi dengan orang lain.
Ada hal yang bisa dibagi dengan keluarga.
Ada hal yang hanya bisa dibagi dengan diri sendiri.
Namun semua hal hidup ini bisa dibagi dengan-Nya.

Ketika keimanan diuji, syetan menyusupi hati dengan hal-hal yang terasa berat.
Itulah syetan, selalu memperdaya manusia, memutuskan yang terikat, melenakan yang sudah diikhlaskan, sehingga menimbulkan kembali rasa tidak ikhlas..

Ketika sendiri, terasa ia datang menghampiri. Seperti ingin menyapa, mengajak bercanda seperti dulu lagi. Mungkin ia merasakan hal yang sama, kami
merindukan satu sama lain.. Tidak mudah ternyata melupakannya, meski kami bersama hanya sebentar. Terkadang masih terasa kami masih bersama saja sekarang..

Allah SWT menyayanginya, melebihi sayang kami padanya. Allah yang menciptakannya, yang memilikinya, dan lebih berhak atas dirinya. Allah belum percayakan kami untuk mengasuhnya. Mungkin itulah yang terbaik untuknya dan untuk kami...

Semoga Allah SWT lapangkan dada kami untuk ikhlas atas ketentuan-Nya, jauhkan kami dari godaan syetan dan Allah terima ia bersama-Nya, disisi-Nya. Aamiin...

Sesungguhnya Allah-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.

Minggu, 12 Februari 2012

Malu Itu Baik


Abu Mas'ud, Uqbah ibn Amr Anshari al Badri ra mengatakan bahwa Rasulullah saw berkata, ''Sabda Nabi paling pertama yang dikenal atau diketahui manusia adalah, 'Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah semaumu','' (HR Bukhari, Abu Dawud, Ahmad).

Jangan salah mengerti dengan hadis tersebut. Hadis di atas bukan berarti bahwa Rasulullah saw memberikan kebebasan tanpa batas pada manusia untuk bertindak semaunya. Sebaliknya, hadis itu merupakan sindiran bagi orang-orang yang tak punya malu berbuat kejahatan/kenistaan . Hadis yang disampaikan melalui Abu Mas'ud ra itu justru mengancam orang yang tidak mempunyai rasa malu dalam melakukan apa saja yang dia kehendaki dengan risiko ditanggung sendiri. Ungkapan seperti itu juga dinyatakan Allah dalam firman-Nya, ''Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,'' (QS Al Fushshilat: 40).

Malu memang bisa mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nuraninya. Rasa malu pula yang membuat seseorang akan dikejar-kejar rasa bersalah. Karena itu, hakikatnya malu adalah salah satu perangkat yang diciptakan Allah untuk mencegah kita dari perbuatan dosa. Nabi Muhammad saw pernah bersabda, ''Malu hanya membawa kepada kebaikan,'' (HR Bukhari dan Muslim).

Sesungguhnya rasa malu itu merupakan pagar yang paling kokoh untuk menjaga iman kita agar sendi-sendinya tidak tercerabut dan bangunannya tidak hancur. Sebagai contoh, bila ada orang melihat massa ramai-ramai menjarah dan membakar toko, lalu orang tersebut sadar bahwa perbuatan tersebut tergolong tindakan tercela, maka ia akan mencegah dirinya agar tak ikut-ikutan menjarah. Sebagai mukmin ia malu melakukannya.

Andai para pejabat malu melakukan praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotis, tentu masyarakat kita tak akan serusak seperti sekarang ini. Di negara lain, Indonesia dikenal sebagai negara terkorup di Asia. Banyak pejabat, mungkin, selama ini merasa aman-aman saja ketika dia melakukan korupsi. Dalam hati mereka mungkin tak ada setitik pun rasa malu terhadap Allah yang jelas menyaksikan semua tindakan manusia. Mungkin mereka masih punya malu terhadap manusia lain, sehingga mereka merasa malu bila ketahuan. Tapi, rasa malu terhadap manusia pun mulai terkikis oleh anggapan, ''Ah, toh hampir semua pejabat melakukannya. Pejabat mana yang bisa kaya tanpa korupsi.''

Hilangnya rasa malu terhadap Allah ini sungguh menyedihkan. Orang yang tak punya malu terhadap Allah akan cuek melanggar perintah dan larangan-larangan- Nya. Semua itu dilakukan tanpa rasa dan tanpa malu. Semestinya kita bercermin pada sabda Rasulullah saw, ''Allah SWT itu lebih berhak untuk dimalui daripada manusia,'' (HR Ashabu Sunan). Dengan memegang sikap ini -- yakni lebih malu kepada Allah ketimbang kepada manusia -- maka insya Allah kita terjaga dari jurang kemaksiatan dan kenistaan. –
Sumber: republika--
visit www.sigitwahyu. net

Sabtu, 10 Desember 2011

Karena Kita Adalah ADK



Ketika kita mengeluh : “Ah mana mungkin.....”
Allah menjawab : “Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata “Jadi”, maka jadilah (QS. Yasin ; 82)

Ketika kita mengeluh : “Capek dan lelahnya aku....”
Allah menjawab : “...dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS.An-Naba :9)

Ketika kita mengeluh : “Berat banget yah, ga sanggup rasanya...”
Allah menjawab : “AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan.” (QS. Al-Baqarah : 286)

Ketika kita mengeluh : “Stressss nih...Panik..... kacau.....”
Allah menjawab : “Hanya dengan mengingatKu hati akan menjadi tenang”. (QS. Ar-Ro’d :28)

Ketika kita mengeluh : “Yaaaahh... ini mah semua bakal sia-sia..”
Allah menjawab :”Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya”. (QS. Al-Zalzalah :7)

Ketika kita mengeluh : “Gila aja......aku sendirian...... ga ada seorangpun yang mau bantuin...”
Allah menjawab : “Berdoalah (mintalah) kepadaKU, niscaya Aku kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin :60)

Ketika kita mengeluh : “ Duh..sedih banget deh aku...”
Allah menjawab : “La Tahzan, Innallaha Ma’ana. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita: (QS. At-Taubah :40)

Ayo broadcast ke tman2 kita smua yg mulai galau atas perhatian Allah yg serasa jauh dari kita pdahal sebaliknya Allah dekat selalu (QS. Al-Baqarah 186)


Pesan : Rabu, 7 Desember 2011..
             20:44