Selasa, 28 Oktober 2014

(Tak) Selamanya Berbagi Kebahagiaan itu Indah



 

Setiap orang di dunia pasti mendambakan kebahagiaan. Terkadang bagi sebagian orang, kebahagiaan  yang dirasakannya itu ingin dibagi dengan orang lain. Berbagi kebahagiaan tak ubahnya seperti menuang air ke dalam wadah. Harus paham betul apa isi wadah itu sebelumnya. Atau wadah itu sudah benar-benar bersih. Jika tidak, kita mungkin akan terperdaya, menganggap air yang tertuang itu akan sama. Padahal berbeda. Karena yang sama hanya warnanya. Sementara rasanya beda.

Sama halnya ketika membuat status2 di dunia maya. Misalnya saja facebook. Maksud hati ingin membagi apa yang tengah dirasa (red.kebahagiaan). Namun (mungkin) tak terpikirkan audiens ”penikmat” status tersebut. Bagaimana perasaan mereka, pemahaman mereka, cara pandang mereka, dan seterusnya terhadap status itu. Akan berbeda-beda pastinya tanggapan mereka. Ada yang positif, ada yang negatif. Positif, alhamdulillah.., negatif,....??? Wallahu a’lam..

Status-status bernuansa romantis (cinta-cintaan) -- khusus bagi yang sudah ”halal”--, baik tulisan ataupun prilaku -- antara mereka berdua--, selaiknya hanya untuk konsumsi pribadi saja. Bukan berarti hal itu salah. Hanya saja ”wadah penampungnya” yang perlu diperhatikan dengan lebih bijak. Sebab, salah-salah, ”air yang dituang ke dalam wadah, bisa jadi menambah kobaran ketika disiramkan ke api, karena  ternyata wadah adalah tempat minyak tanah”. Atau setidaknya mengacaukan pola masing-masing unsur tersebut.

Itu sedikit analogi terhadap kondisi yang akhir-akhir ini sering terlihat oleh saya. Seseorang yang (mungkin) awalnya bermaksud hanya ingin berbagi sebentuk kebahagiaan yang tengah mereka rasakan ketika itu, namun sepertinya (mungkin) terlupa bahwa tempat mereka membagi kebahagiaan itu bukanlah pilihan yang bijak. Apa pasal?? Bisa jadi tempat itu adalah tempat umum, yang bahkan audiensnya (mungkin) belum bisa menerima dan mencerna dengan baik sesuai dengan perasaan, pemahaman serta kondisi dan cara pandang pribadinya tentang apa arti kebahagiaan dari orang yang mem-posting status tersebut. 


Oke, saya lebih perjelas lagi. Pasangan-pasangan yang telah menikah. Pada awal-awal masa pernikahannya, mereka cendrung mengungkapkan apa perasaannya, kegiatannya, pergi kemana, sedang apa dan seterusnya, lengkap dengan dokumentasinya bersama pasangannya. Manusiawi, dan fitrahnya juga memang demikian adanya. Namun terkadang perlu ditinjau ulang kembali, apakah hal tersebut perlu diketahui oleh orang di seluruh dunia..?? Khusus bagi muslim dan muslimah, tidak seluruhnya dari diri kita yang bisa kita bagi kepada khalayak ramai. Ada hal-hal yang perlu dijaga dan dipertimbangkan. Bagaimana dengan saudara2 kita yang belum menemukan pelabuhan cintanya..?? Bagaimana dengan adik-adik kita yang belum sepantasnya memikirkan tentang cinta lawan jenis..?? Alhamdulillah jika itu menjadi motivasi (lebih baik), namun na’udzubillah ketika itu menjadi obsesi yang berlebihan.

Lantas apakah itu salah..?? Memang sebenarnya semua kembali lagi pada niat. Bagi yang mengumbar, niatnya hanya ingin mencurahkan rasa dan kebahagiaannya. Bagi yang melihat, Allahu a’lam... Hanya Allah SWT yang tahu niatnya seperti apa.. :) :)

Mari jaga kesucian cinta dan ukhuwah dengan cara yang lebih baik dan bijaksana. Seperti yang dituliskan Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin, Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah,”.

Semoga berkah yang dilimpahkan Allah SWT tak tercemar dengan yang lainnya. Seluruh hidup kita untuk yang baik,  kuliah kita untuk yang baik, nikahnya kita untuk yang baik, makannya kita untuk yang baik. Semua  kebaikan terangkum dalam barokah.  Dari mana? Dari langit dan dari bumi. Seperti yang tercantum dalam surah al-A’raaf ayat 96, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
 
 ------

Tidak ada komentar: