Minggu, 13 Maret 2011

P.E.N.G.E.R.T.I.A.N


Pernahkah anda merasa menanggung sebuah beban hanya seorang diri?? Ketika suatu amanah yang mesti ditanggungjawab-i secara bersama--berjamaah-- ternyata hanya anda sendiri saja rasanya yang mengembannya?? Bisa ya bisa pula tidak. Bagi saya, ada suatu kisah yang masih membekas karena hikmahnya ternyata belum begitu lama ini mampu benar-benar saya pahami dengan semestinya...
Alkisah, saya sedang mengemban amanah yang besar bagi saya waktu itu. Tapi sepertinya lebih tepatnya "kami" --saya dan beberapa akhwat dan ikhwan lainnya-- diberi amanah yang cukup menyita waktu dan pikiran pada waktu itu. Ketika pada suatu musyawarah--tempat dimana kita yang terlibat didalamnya berusaha dengan maksimal untuk merancang kerja-kerja dakwah-- sepertinya hanya dimiliki oleh beberapa dari sekian orang yang diamanahkan. Ya, seperti itulah yang terjadi selama beberapa waktu pada periode amanah kami berlangsung.
Kemana mereka/dia?? Bukankah kita sama-sama diberikan amanah yang sama?? Kenapa hanya saya saja yang memikirkannya??Kenapa mereka/dia punya pilihan sedangkan saya tidak?? Kenapa saya yang harus tinggal untuk menyelesaikan amanah ini??? Kenapa... Kenapa..dan Kenapa..???
Seperti itulah dialog-dialog hati ini ketika saya merasa futur dan pada kondisi lemahnya saya. Saya sadari bahwa apapun kondisinya, dialog semacam itu hanya akan memperburuk keadaan. Namun saya mencari pembelaan diri sendiri: Mereka/dia tidak mau berusaha memperbaiki kondisinya, dalam artian, tidak ada komunikasi mengenai kondisinya masing-masing. Jikalau mereka/dia memang merasakan satu team dalam amanah yang sama dengan kami, maka harusnya ada sebentuk kepercayaan terhadap saudara-saudaranya.  Alhasil, jadilah orang-orang termasuk saya punya pendapat masing-masing tentang mereka/dia. Dan pendapat itu terserah kami yang menilai, toh mereka/dia memang tidak memberi tahu kami.. Ada pendapat negatif ada pendapat positif. Tapi saya sendiri cendrung berpendapat negatif waktu itu.. Wallahua'lam..
Jika Anda menjadi saya, samakah yang kita pikirkan?! Awalnya saya juga kesal dengan kondisi seperti ini. Tapi tak butuh berapa lama saya sadar saya keliru. Tentulah ada alasan ‘besar’ mengapa mereka/dia bersikap demikian, dan ternyata — sepenangkapan saya — ada salah seorangnya yang butuh waktu lebih untuk suatu pekerjaan yang sangat dibutuhkannya pada waktu itu, ada lagi yang memang butuh waktu untuk berkonsentrasi pada suatu hal penting dalam hidupnya, yang lain merasa tidak begitu paham akan amanah yang telah diberikan padanya sehingga segan untuk bergabung. Begitulah, disamping masih banyak lagi ternyata yang menjadi jawaban dari pertanyaan dialog-dialog hati saya sebelumnya. Masih kesalkah saya kemudian?! Tidak ternyata, saya mengerti, orang tersebut punya alasan, dan alasannya penting --baginya--..
Beberapa waktu kemudian saya baru benar-benar bisa memahami hikmah endapan ingatan tersebut, tak lain adalah tentang prasangka. Mudah memang untuk merasa kesal dan marah pada orang tersebut, dan bisa jadi saya juga tidak tertarik mengapa orang itu tidak bertanggungjawab atas amanah kami, pokoknya saya merasa sendiri dan tidak punya pilihan, titik.! Tapi, ketika saya sedikit menajamkan mata dan mengamati, oh..ternyata ada salah seorang saudara yang sedang dalam keadaan susah. Oh..kasihan kalau dipaksa untuk menyelesaikan amanah kami ini..kelihatannya mereka/dia memang tak punya pilihan lain selain meninggalkan amanahnya --mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama--. Dan akhirnya, tak apalah sendiri sejenak…
Prasangka, sebagian besarnya adalah menggiring pada dosa. Bisa dipahami dari peristiwa di atas, yaitu akan lebih mudah mengira tentang keburukan daripada kebaikan, :)  Tapi ketika kita mampu ‘memaksa’ pemikiran kita untuk lebih terbuka dan mengamati — tidak hanya sekedar melihat — maka akan lahir pemahaman baru yang bisa jadi berbeda. Pemahaman yang bernama PENGERTIAN :)
Bagi saya, berprasangka itu melelahkan, itu yang jelas. Karena seperti jabaran hukum tarik menarik dalam buku The Secret. Pemikiran akan menarik hal-hal lain yang senada dengannya. Dengan demikian, pemikiran negatif atau prasangka itu akan menarik lebih banyak lagi hal negatif lainnya. Sebagaimana sebaliknya, setiap pemikiran positif juga akan menghadirkan lagi lebih banyak hal positif dalam diri kita. Jadi, jika demikian, mulai sekarang mari kita perbaiki akhlaq kita semua. Dimulai dengan berprasangka baik terhadap orang lain. Kita akan berkumpul dengan orang-orang baik dan insya Allah kita akan tertular menjadi orang yang baik. Sederhana saja kan, insya Allah :)
Daripada melelahkan diri dengan berkesal-kesal dengan orang lain, mari pindah arah pandangan. Insya Allah ada alasan di balik setiap tindakan. Dengan membiasakan diri berpikir demikian, insya Allah pikiran juga akan lebih tenang, dan pada kelanjutannya kita akan bisa merasa lebih nyaman dengan segalanya. Insya Allah juga, segala persoalan akan teratasi jika diawali dengan pemikiran yang tenang dan nyaman. :)
 *Untuk mereka yang sering merasa sendiri dalam keramaian

1 komentar:

L O A mengatakan...

Semoga mereka/dia diberika kemudahan dan kelapangan oleh Allah SWT..
Dan mereka yang selalu/pernah merasa sendiri dalam keramaian, untuk selalu berusaha mencari arti sebuah "pengertian" dalam hidupnya..