Setiap orang di dunia pasti mendambakan kebahagiaan. Terkadang bagi sebagian orang, kebahagiaan yang dirasakannya itu ingin dibagi dengan orang lain. Berbagi kebahagiaan tak ubahnya seperti menuang air ke
dalam wadah. Harus paham betul apa isi wadah itu sebelumnya. Atau wadah itu
sudah benar-benar bersih. Jika tidak, kita mungkin akan terperdaya, menganggap
air yang tertuang itu akan sama. Padahal berbeda. Karena yang sama hanya
warnanya. Sementara rasanya beda.
Sama halnya ketika membuat status2 di dunia maya. Misalnya
saja facebook. Maksud hati ingin membagi apa yang tengah dirasa
(red.kebahagiaan). Namun (mungkin) tak terpikirkan audiens ”penikmat” status
tersebut. Bagaimana perasaan mereka, pemahaman mereka, cara pandang mereka, dan
seterusnya terhadap status itu. Akan berbeda-beda pastinya tanggapan mereka. Ada
yang positif, ada yang negatif. Positif, alhamdulillah.., negatif,....???
Wallahu a’lam..
Status-status bernuansa romantis (cinta-cintaan) -- khusus
bagi yang sudah ”halal”--, baik tulisan ataupun prilaku -- antara mereka
berdua--, selaiknya hanya untuk konsumsi pribadi saja. Bukan berarti hal itu
salah. Hanya saja ”wadah penampungnya” yang perlu diperhatikan dengan lebih
bijak. Sebab, salah-salah, ”air yang dituang ke dalam wadah, bisa jadi menambah
kobaran ketika disiramkan ke api, karena
ternyata wadah adalah tempat minyak tanah”. Atau setidaknya mengacaukan
pola masing-masing unsur tersebut.
Itu sedikit analogi terhadap kondisi yang akhir-akhir ini
sering terlihat oleh saya. Seseorang yang (mungkin) awalnya bermaksud hanya ingin
berbagi sebentuk kebahagiaan yang tengah mereka rasakan ketika itu, namun
sepertinya (mungkin) terlupa bahwa tempat mereka membagi kebahagiaan itu bukanlah
pilihan yang bijak. Apa pasal?? Bisa jadi tempat itu adalah tempat umum, yang
bahkan audiensnya (mungkin) belum bisa menerima dan mencerna dengan baik sesuai
dengan perasaan, pemahaman serta kondisi dan cara pandang pribadinya tentang apa
arti kebahagiaan dari orang yang mem-posting status tersebut.
Oke, saya lebih perjelas lagi. Pasangan-pasangan yang telah
menikah. Pada awal-awal masa pernikahannya, mereka cendrung mengungkapkan apa
perasaannya, kegiatannya, pergi kemana, sedang apa dan seterusnya, lengkap
dengan dokumentasinya bersama pasangannya. Manusiawi, dan fitrahnya juga memang
demikian adanya. Namun terkadang perlu ditinjau ulang kembali, apakah hal tersebut
perlu diketahui oleh orang di seluruh dunia..?? Khusus bagi muslim dan muslimah,
tidak seluruhnya dari diri kita yang bisa kita bagi kepada khalayak ramai. Ada hal-hal
yang perlu dijaga dan dipertimbangkan. Bagaimana dengan saudara2 kita yang
belum menemukan pelabuhan cintanya..?? Bagaimana dengan adik-adik kita yang
belum sepantasnya memikirkan tentang cinta lawan jenis..?? Alhamdulillah jika
itu menjadi motivasi (lebih baik), namun na’udzubillah ketika itu menjadi
obsesi yang berlebihan.
Lantas apakah itu salah..?? Memang sebenarnya semua
kembali lagi pada niat. Bagi yang mengumbar, niatnya hanya ingin mencurahkan
rasa dan kebahagiaannya. Bagi yang melihat, Allahu a’lam... Hanya Allah SWT
yang tahu niatnya seperti apa.. :) :)
Mari jaga kesucian cinta dan ukhuwah dengan cara yang
lebih baik dan bijaksana. Seperti yang dituliskan Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah
dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin, “Cinta
itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian,
mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak
mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan
pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta
juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah,”.
Semoga berkah yang dilimpahkan Allah SWT tak tercemar
dengan yang lainnya. Seluruh hidup kita untuk yang baik, kuliah kita untuk yang baik, nikahnya
kita untuk yang baik, makannya kita untuk yang baik. Semua kebaikan
terangkum dalam barokah. Dari mana? Dari langit dan dari bumi. Seperti
yang tercantum dalam surah al-A’raaf ayat 96, “Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
------